Kamis, 04 September 2014

Teenager Love



Alasan kenapa aku menyukaimu? Karena kau adalah dirimu sendiri, hanya itu alasannya
Aku hanya ingin dicintai dan mencintai seseorang yang benar-benar tulus padaku… hanya sebuah harapan sederhana, apakah begitu sulit?
Cintaku hanya mengikuti arus layaknya air yang mengalir tanpa ada satupun hal yang membuatnya terhambat.
~~~~
Musim telah berganti, tak ada lagi sengatan matahari yang menghiasi hari-hari di seluruh kota Bandung. Sengatan Matahari tersebut berganti dengan rintik-rintik udara sejuk di musim hujan.
Banyak orang memilih untuk menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di rumah atau mungkin yang lebih parah dengan mengubur diri dibawah selimut tebal yang nyaman.
Tapi, lain halnya denganku yang justru sangat bersemangat untuk menjalani aktivitas. Karena hari ini adalah hari minggu yang tentu tidak mengharuskanku untuk bersekolah. Meskipun rintik hujan terus mengguyur, aku dan sahabatku Nina tetap bersemangat mengayuh pedal sepeda kami untuk menemui Mitha.
Kami mengayuh sepeda dalam diam hanya terdengar deru nafas yang tidak beraturan, hingga akhirnya kami sampai di depan rumah Mitha.
“Mithaaaaaaa….” Teriak kami serempak layaknya paduan suara. Mitha keluar dengan wajah penuh senyuman, sambil berkata “Hei.. ayoo masuk” kami hanya menjawab dengan anggukan kepala. “Duduklah.. kalian mau minum apa?” tanyanya. Aku dan Nina saling berpandangan dan menjawab “Terserah kau saja asalkan minuman”. Ia terkikik kecil sambil berkata “wah… kalau begitu biarpun aku menyuguhkan minuman dari selokan, kalian akan tetap mau kan?” ia melontarkan sebuah guyonan ringan “Heiii tidak separah itu juga, kau ini tega sekali” ucap kami dengan sedikit tertawa. “hahaha baiklah, aku hanya bercanda” balasnya sambil berlalu kearah dapur.
Yah… begitulah tingkah laku kami yang terkadang bisa melampaui batas normal. Aku akan menceritakan tentang sahabat-sahabatku ini. Aku pertama kali bertemu dengan Mitha saat dimulainya tahun ajaran penerimaan siswa baru di SMPN-8 Bandung, dan dipertemukan dalam satu kelas. Tetapi lain halnya dengan Nina yang notabennya memang sudah menjadi sahabatku sejak SD. Entahlah, mungkin memang takdir yang kembali mempertemukan kami di sekolah dan kelas yang sama. Singkat cerita kami mulai akrab sejak kelas 7 sampai sekarang menginjak kelas 9. Sebenarnya kami mempunyai satu sahabat karib lagi yaitu Icha. Aku juga pertama kali bertemu dengannya saat tahun ajaran penerimaan siswa baru.
Banyak hal manis yang kami lewati bersama walaupun terkadang ada sedikit pertengkaran kecil yang terjadi. Kami memang mempunyai sifat yang sangat labil sehingga tak urung hal ini menjadi pemicu utama dalam pertengkaran.
Namun, kami selalu bisa menyelesaikannya dengan cara baik-baik. Karena pada kenyataannya kami hanyalah anak sekolah menengah pertama yang memiliki tingkat kelabilan dan keegoisan yang tinggi hingga membuat emosi kami menjadi tidak terkontrol. Dan jika salah satu dari kami mempunyai masalah dengan orang lain, kami akan saling memberi nasehat untuk terlebih dahulu meminta maaf kepada orang lain meskipun kami bukanlah pihak yang benar-benar bersalah, toh  jika kami sudah meminta maaf kami akan terlepas dari dosa bukan? Masalah orang ingin memaafkan atau tidak itu tidak menjadi urusan kami lagi, jika seseorang tidak ingin memaafkan kesalahan sesamanya maka ia akan menanggung dosanya sendiri. Setidaknya itulah kata-kata dari guru Agama kami yang selalu kami ingat dan kami jadikan pedoman.
Dari ketiga sahabatku itu, aku cenderung lebih dekat dengan Mitha. Entahlah, aku merasa memiliki banyak kecocokan dengannya. Dari segi sifat maupun hal-hal kecil lainnya, contohnya saja kegemaran kami terhadap musik K-pop dan drama korea. Seringkali kami juga mengobrol tentang aktor yang paling kami sukai seperti Won Bin, Kim Bum, Lee Min Hoo dan lain-lain. Tak urung, kami terlibat dalam aksi cekcok ringan saat membicarakan tentang penyanyi korea. Jika aku menyukai kyuhyun ‘Suju’ lain halnya dengannya yang justru menyukai Seungri ‘Big Bang’ bahkan kami pernah bersaing memajang poster penyanyi andalan kami itu di atas meja kelas kami masing-masing. Terdengar gila memang, mengingat betapa maniaknya kami akan hal-hal yang berbau korea. Aku juga mengetahui berbagai sifat konyolnya yang tidak tampak dimata orang lain. Karena orang-orang cenderung menilainya sebagai sosok gadis yang dingin serta sering menunjukkan wajah datarnya,  dan yang paling terkenal dari seorang Mitha adalah ‘mulut tajamnya’. Tapi jangan salah sangka, ia dijuluki demikian bukan karena sering mencaci orang lain namun karena ia sering berbicara terlalu jujur atau dengan kata lain ‘blak-blakan’.
Ucapannya yang terlalu blak-blakan itulah yang membuatnya diberi gelar ‘Si Mulut Tajam’ karena ia tidak akan segan-segan mengucapkan hal yang seharusnya tidak ia ucapkan di depan orang lain. Namun inilah sisi dari dirinya yang begitu aku sukai, karena menurutku ia adalah sosok yang begitu terbuka dalam menanggapi sikap orang lain yang mengganjal. Jika orang bertanya kenapa ia melakukan hal seperti itu maka ia akan menjawab dengan santai ‘Bukankah berbicara jujur itu baik meskipun terkadang jujur itu menyakitkan, lagipula aku tidak suka membicarakan orang lain dibelakang. Jadi akan lebih baik jika aku membicarakannya tepat didepan wajah orang itu’.
Walaupun ada banyak orang yang tidak menyukai sifatnya itu, ia hanya menanggapi dengan santai. Terkadang teman-teman yang lain sering mengeluhkan sifatnya kepadaku, karena memang aku yang terlampau dekat dengannya. Aku hanya menanggapi setiap keluhan mereka dengan senyuman.
Walau bagaimanapun Mitha adalah sosok gadis yang cantik, pintar, dan mempunyai banyak teman. Namun, ia cenderung menjaga jarak dengan laki-laki dalam artian tetap berteman tetapi tidak terlalu dekat. Pernah suatu ketika ada beberapa teman laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku, dengan nada mengejek Mitha berkomentar “itu sebabnya aku tidak mau berteman terlalu akrab dengan laki-laki karena mereka bisa menyukai para perempuan seperti kita, apalagi gadis sepertiku yang mempunyai pesona tingkat tinggi, hahaha” ucapnya sambil tertawa dan memeletkan lidah. Aku hanya mendengus kesal mendengar ejekannya. Sejak saat itu aku tahu alasan mengapa ia tidak mau berteman akrab dengan laki-laki.
Aku sempat berpikir jika Mitha tidak memiliki ketertarikan sama sekali dengan laki-laki, tetapi semua pemikiran itu sirna ketika aku tahu ia menyukai seorang laki-laki yang sekarang menjadi kekasihnya.
Sebut saja Mario, nama laki-laki yang telah berhasil meluluhkan hati seorang Mitha. Kedekatan mereka dimulai sejak mereka mengikuti pembinaan olimpiade Fisika, Mario yang saat itu baru menginjak kelas 7 tentu lebih muda dari Mitha yang sudah memasuki kelas 8. Aku rasa saat itu Mitha mengalami cinta pada pandangan pertama atau yang lebih kerennya dikenal dengan ‘Love At The First Sight’. Suatu hari Mitha pernah menanyakan tentang sosok Mario kepadaku. “Ehmm.. din, kau mengenal Mario bukan?” tanyanya padaku.
“Tentu Saja, mana mungkin aku tidak mengenalnya. Bukankah kita pergi bersama dengannya saat seleksi olimpiade? Jawabku dengan pandangan menerawang. Karena aku masih ingat, saat masih duduk di bangku kelas 8 aku juga mengikuti seleksi olimpiade meskipun bidangnya berbeda  dari Mitha dan Mario.
“Yah.. kau benar! Menurutmu Mario itu seperti apa? Tanyanya lagi. Sontak aku merasa terkejut mendengar pertanyaannya, ini bukan seperti Mitha yang kukenal.
“Menurutku dia tampan, pintar, memiliki reputasi yang baik dan tentunya calon ketua osis yang tidak diragukan lagi” jawabku cengengesan.
“Ah… begitu ya^.^” tanggapnya dengan pipi yang dipenuhi oleh semburat berwarna merah.
“hemm.. apa kau menyukainya?” godaku sambil mencolek dagunya.
“Huh kau ini menyebalkan! Sebenarnya aku sedang menjalani masa PDKT dengannya” ucapnya sambil tersenyum penuh arti.
“Benarkah? Aku sudah menduganya dari dulu, kurasa kalian memang saling menyukai”.
“Apa terlihat jelas dari wajahku, kalau aku menyukainya?” tanyanya sambil menepuk-nepuk pipinya.
“hahaha.. tentu saja, kau ini lucu sekali.. ternyata begitu ya tipe laki-laki idamanmu” jawabku sambil tersenyum mengejek.
“hmm begitulah… dengar  ya, aku tidak sepertimu yang menyukai laki-laki bermata sipit dan berwajah cina. Aku suka dengan laki-laki berwajah Indonesia asli tapi tetap tampan, dan aku juga tidak suka dengan laki-laki yang kaku dalam mengungkapkan perasaannya apalagi jika kaku dalam menjalin hubungan. Lagipula kau tau kan wajah Mario itu mirip sekali dengan sosok ‘Amar’. Ahhh.. bukankah ia begitu tampan dan berkarisma mirip sekali dengan Mario.” Ucapnya panjang lebar sambil memperlihatkan mata yang berbinar-binar.
Aku ingat jika Mitha sangat menyukai sosok ‘Amar’ yang bermain di Sinetron “Kupinang Kau Dengan Bismillah”. Nama asli dari aktor itu adalah Dimas Anggara, Mitha sangat menyukainya seperti seorang maniak. Seringkali ia bercerita histeris jika sudah berkaitan dengan aktor dambaannya itu. Bahkan ia juga pernah menjadikan foto aktor itu sebagai foto profilnya di facebook. Ku akui jika wajah Mario memang sangat mirip dengan ‘Dimas’. Mungkin itulah alasan utama mengapa Mitha begitu menyukai Mario.
Seiring berjalannya waktu hubungan Mitha dan Mario juga semakin dekat. Setiap hari Mitha bercerita dengan sangat antusias tentang apa saja yang dibicarakannya dengan Mario dalam isi percakapan sms mereka. Aku hanya menjadi pendengar yang baik untuk Mitha. Hingga suatu hari saat aku baru datang ke sekolah, Mitha telah memberondongku layaknya senior yang ingin melabrak juniornya. Ia menarik tanganku sambil berseru
 “Heiii.. kau ini lama sekali datang, aku sudah menunggumu dari tadi!”
“Memangnya ada apa? kau kan tau, aku memang jarang bisa datang pagi-pagi ke sekolah” jawabku sambil cengengesan.
“hufthh.. Kau ini-_- yasudah ayo cepat, ada yang ingin aku bicarakan” ucapnya sambil kembali menarik-narik tanganku.
“Iya.. iya sabar dulu, aku akan meletakkan tasku di meja”.
Setelah meletakkan tas ku di meja, Mitha bergegas membawaku ke tempat biasa dimana kami sering curhat bersama. Setelah mengambil posisi yang cukup nyaman, Mitha segera membuka mulut tentang apa yang sebenarnya ingin ia ceritakan padaku.
“sebenarnya aku ingin curhat tentang Mario..”
“Yayaya.. aku sudah tahu, bukankah setiap hari kau selalu curhat tentangnya” ucapku dengan raut wajah datar yang dibuat-buat.
“Aishh, kau ini menyebalkan. Aku belum selesai bicara kau sudah memotong” sungutnya sambil menatapku sebal.
“hahaha baiklah nona Mitha aku minta maaf, lanjutkanlah ucapanmu tadi”
“Tadi malam Mario sudah menyatakan perasaannya padaku” terangnya sambil tersenyum malu-malu.
“Woahhh.. lalu apa kau menerimanya?”
“ehmm, iya. Tapi aku ragu, Apa menurutmu tindakanku sudah benar? Aku cocok tidak dengannya?” tanyanya bertubi-tubi.
“Tentu saja, bukankah kalian memang saling menyukai. Masalah cocok atau tidak, itu tergantung bagaimana kalian menjalaninya.” Jawabku sambil tersenyum simpul.
“Baiklah kalau begitu, aku tidak akan ragu lagi” ucapnya sambil tersenyum lebar.
“ehemm, sepertinya aku harus menagih Pajak Jadian dengan seseorang yang sedang berbunga-bunga” ucapku dengan nada menggoda.
“hahaha kau minta saja dengan Mario” balasnya sambil memeletkan lidah.
Sejak saat itulah Mitha resmi menjadi kekasih Mario yang telah menjadi wakil ketua osis di sekolah. Yah.. ia memang dikalahkan oleh teman seangkatannya bernama Annisa, saat mencalonkan diri sebagai ketua osis. Mitha yang dulu notabennya adalah ketua osis tentu harus merelakan jabatannya saat sudah memasuki kelas 9. Setelah resmi menjadi sepasang kekasih, banyak orang yang menilai jika Mitha dan Mario adalah pasangan yang serasi mengingat betapa populernya mereka di sekolah. Banyak yang mengatakan jika Mario adalah cinta pertama Mitha, karena pada dasarnya Mitha memang belum pernah berpacaran sebelumnya. 

To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar